Thursday, July 08, 2004

Trilogy The Lord Of The Rings - 3





Ini adalah film terbaik yang pernah saya tonton. Banyak bercerita tentang Heroisme ketika dunia belum mengenal teknologi. Settingnya berada pada jaman baheula, jaman raja-raja di dunia barat. Yang benar2 membuat saya kagum adalah teknik menggambarkan berbagai kehidupan yang ada di dalamnya. Pada episode pertama, The Fellowship Of The Ring, film dimulai dengan menggambarkan tempat tinggal para Hobbits yang sangat indah dan damai. Dalam kisah ini, Hobbits digambarkan sebagai makhluk yang memiliki tinggi tubuh setengah dari manusia biasa dan mempunyai sifat tidak perduli akan hal-hal diluar dunia mereka. Setelah itu kita diperkenalkan dengan dunia para elf. Disini elf digambarkan sebagai makhluk yang paling sempurna, mereka 'anggun', mereka memiliki tubuh semampai, bijaksana, dapat berbaur dan 'berdamai' dengan alam berparas 'cantik' sehingga setiap orang yang memandang mereka akan merasa kagum. Elf juga dengan kebijaksanaannya mereka dapat meramalkan masa depan. Elf juga memiliki mata dan telinga yang sangat tajam sehingga mereka dapat mengetahui hal-hal dalam jarak yang sangat jauh. Kemudian jauh berbeda dengan gambaran para elf, Dwarf. Dwarf memiliki ukuran tinggi yang hampir sama dengan Hobbits, mereka adalah kaum para penambang, tinggal di dalam lorong-lorong tambang, berjanggut (baik pria maupun wanita) dan tidak memiliki banyak kelebihan dibanding manusia biasa. Penggambaran kehidupan mereka benar-benar realis, terutama cara menggambarkan para elf, mereka digambarkan bercahaya.

Penggambaran tokohnya juga sangat pas, para pemeran bukanlah aktor kelas atas yang sudah sangat populer, bahkan sebagian belum pernah kita dengar, tapi tampaknya sang sutradara dapat mengatasi hal ini, sehingga kualitas aktor tidak menjadi masalah. Hal yang benar-benar saya suka adalah tidak adanya penokohan yang berlebih, sehingga tidak ada seorang tokoh pun yang lebih superior dari yang lainnya, karakter setiap tokoh begitu kuat, semua diberikan porsi yang sama. Inilah film yang tidak memiliki tokoh utama. Dalam dunia yang digambarkan kelam ini tidak berarti tanpa humor. Beberapa adegan lucu dapat kita saksikan baik ketika masa damai maupun ketika perperangan sedang berlangsung. Persaingan antara Legolas yang seorang Elf dan Gimli yang seorang Dwarf menjadi sisi humor tersendiri.



Selain tokoh-tokohnya yang mengaggumkan, para penjahatnya tidak kalah memukau. Para penjahat tidak digambarkan sedetail tokoh-tokoh baiknya, diantara mereka ada bangsa Orcs, Uruk Hai, bangsa pekerja dan Smeagol, tokoh jahat yang licik. Tokoh-tokoh jahat ini ditampilkan dengan tampang yang luar biasa jelek. Tokoh jahat utama adalah sauron yang digambarkan sebagai mata api dan Saruman penyihir putih yang jahat. Smeagol digambarkan sangat menyatu dengan lingkungannya, walau sebenarnya hanya hasil kerja komputer saja. Peperangan digambarkan dengan begitu dahsyat, Orcs, Uruk Hai digambarkan dalam jumlah ribuan, sehingga dengan melihatnya saja kita sudah gemetar ketakutan. Pertempuran digambarkan dengan sangat hebatnya.

Benteng-benteng dan istana digambarkan dengan sangat real, dinding-dindingnya yang sangat kokoh, bangunannya, patung-patungnya dan lainnya benar-benar nyata. Yang benar-benar saya suka adalah jalan ceritanya, disini terlihat bagimana seorang pemimpin benar-benar memikirkan rakyatnya, Para raja tidak hanya tinggal diam, mereka juga ikut bertempur, berperang side by side dengan para prajuritnya. Persahabatan dan persaudaraan digambarkan menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan para tokohnya. Film ini memang benar-benar luar biasa, tak heran pada film ketiganya berhasil memperoleh 11 penghargaan film terbaik dan segera menjadi legenda. Yang benar-benar mengejutkan adalah bahasa Elf ada di Internet dan kita bisa mempelajarinya! Novelnya sendiri sudah menjadi legenda selama lebih dari 50 tahun. Ada beberapa hal yang jauh berbeda dengan novelnya, tapi perbedaan ini dapat dihilangkan dengan sangat bagus, sehingga tidak membuat jalan cerita film ini terasa aneh.


No comments: