Tuesday, September 30, 2008

Idul Fitri 1429 H

Tidak berasa sudah, 1 bulan sudah berlalu. Dari dulu ketika pertama kali puasa, saya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada bulan Ramadhan.

Selain keutamaan-keutamaannya yang banyak disebutkan dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist, ada sesuatu yang lain yang menarik perhatian saya.

Bukan, bukan, bukan acara buka dan sahur yang makin banyak di TV-TV. Bukan juga pada makin banyaknya asma Allah disebut pada berbagai sinetron di bulan Ramadhan. Apalagi sama THR yang turun setelah diharapkan selama 12 bulan sebelumnya, sungguh bukan itu.

Tapi saya melihat bahwa hanya di bulan Ramadhan seluruh muslim di dunia ini kompak. Di bawah perintah Allah, kita bisa sama-sama menahan lapar, haus dan emosi kita selama berhari-hari. Menemani saudara-saudara kita sang fakir dan miskin untuk bersama-sama kelaparan dan kehausan.

Sungguh, cuman di bulan Ramadhan ummat muslim ini kompak! bukan cuman ummat muslim di Indonesia, tetapi seluruh DUNIA! Meskipun di kedua ujungnya selalu bertentangan, tetapi sungguh di pertengahannya selalu kompak.

Idul Fitri tahun ini bagi saya mungkin adalah yang paling berat karena tidak berlebaran bersama keluarga. Bukan karena tidak bertemu keluarga, tetapi hari berlebaran saya berbeda dengan anggota keluarga yang lain. Meskipun saya berpuasa bersamaan dengan yang lain, tetapi ternyata bulan Ramadhan tahun ini hanya 29 hari dan satu syawal jatuh tepat pada hari ini.

Tentunya ini semua ada alasannya, ada landasan hukumnya, tidak serta merta mengikuti pendapat tertentu secara membabi buta, tapi melalui pemahaman yang berlaku secara global sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat.

Bedanya apa? Dalam tahun Hijriah, hitungan hari dalam satu bulan adalah 29 dan 30 bergantung dari terlihat nya hilal atau tidak.Nah hilal inilah yang kemudian menjadi masalah, karena posisi geografis bumi yang berbeda-beda hingga pengaruh keadaan cuaca.

Dahulu kala, ketika ke khalifahan masih berdiri hingga 14 abad lebih, masalah ini tidak pernah muncul. Karena meskipun Islam pada saat itu telah menguasai lebih dari 1/3 bagian dunia, ternyat tidak pernah terjadi perbedaan penentuan awal dan akhir dalam suatu bulan. Walaupun daerahnya berbeda jauh, tetapi tetap mengikuti satu keputusan yang ditentukan oleh sang khalifah.

Penentuan awal dan akhir bulan dilakukan dengan melakukan rukyat, maka bila satu daerah sudah terlihat hilal, maka keseluruhan wilayah di dunia sudah memasuki bulan baru. Dan disini lah peran sang khalifah sesungguhnya, mempersatukan ummat dengan menetapkan awal bulan setelah melihat hilal di daerah tertentu.

Artinya yang perlu diikuti adalah rukyat global. Dengan mengikuti rukyat global inilah maka kalender hijriah di seluruh dunia pasti akan sama. Sekarang bayangkan, untuk hari yang sama, tanggal hijriahnya saja bisa sampai ada 3. Ini juga biasanya hanya berlaku hingga Idul Adha, karena setelah Idul Adha anehnya tanggalannya malah ngikutin tanggalannya Arab Saudi. Makanya pas mau ketemu Ramadhan selanjutnya tanggalannya sudah sama lagi, berantem lagi tentang satu ramadhan dan satu syawal lagi. Capek dueh.

Khusus Idul Adha lebih lucu lagi, ada hadist shahih yang cukup jelas mengatakan bahwa yang memutuskan kapan hari Idul Adha adalah Amir di Makkah, tapi pemerintah kita malah seenaknya memutuskan kapan sholat Id dimulai. Makanya pernah ada peristiwa Idul Adha sudah dimulai di Makkah, tetapi kita sholat Idnya 2 hari setelahnya. Wah kuacau dueh.

Nah sekarang kan ummat ini sudah ter sekat-sekat dengan apa yang disebut nasionalisme, sebuah fanatisme berlebih yang membutakan mata hati kita dengan kebenaran yang hakiki, sampai-sampai kita berani berucap benar atau salah is my country.

Dengan nasionalisme ini lah maka jadi lucu, jazirah arab yang dari jaman jadul tuh punya kalender yang sama, sejak ada yang namanya nasionalisme, tanggalannya jadi berbeda-beda.

Yang kasian yang tinggal pas di perbatasan, bingung mau ikutin yang mana, yang sebelah kanan dah lebaran, sebelah kirinya belum.

Nah tahun ini pemerintah kita kok seperti kebakaran Jenggot ya? Semua yang lebarannya beda katanya akan mendapat utusan dari pemerintah untuk menasihati mereka agar mengikuti pemerintah. Lucunya, sebelum pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi tentang ini, ada yang sok jadi pahlawan memberikan pernyataan, walau pura-pura menjaga rahasia, tapi berasa benar intinya bukan pada kapan lebarannya, tetapi lebih kepada bahwa akan ada tindakan bagi yang tidak mentaati pemerintah.

Ya, sepertinya pemerintah sekarang sudah mulai dipengaruhi oleh beberapa pihak saja, demokrasi yang selama ini diagungkan sudah mulai digerus, khususnya bagi ummat muslim yang mulai mencoba belajar agama secara kaffah.

Gawatnya masih banyak ummat Islam yang cuman KTP, cuman belajar Sholat, Zakat, Puasa dan Ngaji. Itu juga dah terkategori sangat rajin. Kalau cuman begitu doang mah kapan Islam jadi Rahmatan lil Alamin?

Yah pokoknya hari ini sudah lebaran, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

No comments: