Monday, December 11, 2006

Tata Surya Kitalah yang Terunik

Delapan buah planet di Tata Surya sekarang ini tentu sudah kita kenal. Meskipun dibagi dua kelompok, yaitu planet terrestrial (dari Merkurius hingga Mars) dan planet gas (dari Yupiter hingga Neptunus), karakteristik 8 planet berbeda-beda. Apalagi bila ditambah dengan planet katai (disebut juga planet kerdil) kayak Pluto dan benda kecil dalam Tata Surya seperti komet dan asteroid, akan memperlihatkan betapa beragamnya anggota Tata Surya.

Ini baru lingkungan "kecil" Tata Surya. Bagaimana dengan lingkungan yang jauh lebih luas, satu galaksi misalnya, di mana luasnya Tata Surya menjadi tak berarti. Untuk membayangkannya, andaikan jarak Matahari-Bumi (SA = Satuan Astronomi = 150 juta kilometer) adalah 1 meter, maka anggota Tata Surya terjauh yaitu planet katai UB313 sejarak 97 m. Bintang terdekat yaitu Proxima Centauri sejarak 266.000 km. Dan diameter galaksi Bima Sakti 6,3 miliar km. Tata Surya hanyalah noktah.

Di lingkungan yang jauh lebih luas ternyata telah ditemukan berbagai planet dan "tata surya" yang terbilang aneh yang berbeda dari Tata Surya kita.

Yuk kita tengok di antaranya:

Planet berekor

Satu-satu anggota Tata Surya yang memiliki ekor adalah komet. Semula komet berupa gumpalan es kotor. Dalam perjalanan mengorbit Matahari, wujud fisisnya berubah akibat interaksi dengan pusat Tata Surya tersebut, di mana partikel- partikel yang dipancarkan Matahari memanaskan dan menguapkan materi komet. Komet mengembang membentuk selubung gas dan debu serta ekor yang amat panjang.

Mirip dengan kejadian yang dialami komet. Ternyata sebagian besar planet di luar Tata Surya berukuran seperti Yupiter (seribu kali volume Bumi), namun letaknya lebih dekat ke bintangnya dibandingkan jarak dari Yupiter ke Matahari (5,2 SA). Planet raksasa tersebut juga berupa gas. Bisa dibayangkan bila Yupiter diletakkan pada orbit Merkurius (0,39 SA), atau bahkan lebih dekat seperti planet Peg 51B sejarak 0,051 SA dari bintangnya. Panas yang diterimanya akan lebih besar dan angin Matahari (yang berkecepatan ratusan km per detik) akan melemparkan sebagian materi di atmosfernya lepas dari planet gas raksasa tersebut. Dan akan terbentuk planet berekor yang berarah sama seperti ekor komet, yaitu menjauhi bintang.

Melalui ekor planet yang terbentuk itulah astronom Athena Coustenis dan Michel Mayor mengembangkan teknik untuk mengetahui komposisi kimia planet dengan menganalisa perubahan spektrum (deretan warna yang dihasilkan setelah cahaya mengalami penguraian warna) cahaya bintang.

Bumi super

Planet ini memiliki massa 5-15 kali massa Bumi dan merupakan planet (bebatuan) yang diselubungi es. Sebuah teori menerangkan bahwa Bumi Super ini terbentuk secara cepat ketika terjadi penurunan temperatur sehingga gas terkondensasi membentuk es dan salju pada daerah tertentu di sekitar bintang. Selama kurun jutaan tahun, terjadi badai es dan salju yang kemudian menambah materi planet yang sebelumnya telah terbentuk. Selain terbentuk di bintang mirip Matahari (bertemperatur sekitar 6.000 derajat Celsius), yang mengejutkan bahwa Bumi Super juga terbentuk di bintang katai merah (temperatur di bawah 3.500 derajat Celsius).

Seperti diketahui dalam teori pembentukan Tata Surya, semua planet terbentuk dalam piringan gas dan debu yang mengitari bintang. Planet terrestrial terbentuk di lokasi dekat ke bintang, sedangkan planet gas di lokasi lebih jauh yang lebih dingin.

Kondisi berbeda terjadi pada bintang katai merah. Sejak terbentuknya, bintang ini tidak panas sehingga menciptakan kondisi di mana air dan gas-gas yang mudah menguap terkondensasi membentuk gumpalan salju dan bola es. Lingkungan dingin, gravitasi bintang dan tidak kuatnya angin bintang mendukung penggabungan salju dan es dengan mudah membentuk planet sehingga bermassa beberapa kali massa bumi.

Tata Surya mini

Katai coklat adalah bintang "yang gagal terbentuk" karena berukuran kecil antara 13 dan 83 kali massa Yupiter (1/12 massa Matahari), sehingga tidak mampu membangkitkan reaksi termonuklir di intinya. Bintang ini ternyata ada yang memiliki planet berukuran hampir sama dengannya. Contohnya, katai coklat berkode 2M1207A di selatan rasi Hydra sejauh 200 tahun cahaya (1 tahun cahaya = 9,5 triliun km) dengan planetnya berkode 2M1207B bermassa 5 kali massa Yupiter dan mengorbit pada jarak 55 SA.

"Matahari" ganda dan majemuk

Bagaimana planet dengan matahari lebih dari satu? Kalau kita tinggal di Tata Surya seperti ini, kita akan mengalami hal-hal yang eksotis. Contohnya, "tata surya" dengan 3 bintang pada bintang HD 188753 yang berada di rasi Cygnus sejauh 149 tahun cahaya. Pada sistem ini, sebuah bintang utama dikitari dua bintang lain yang lebih kecil yang berpasangan pada jarak sejauh jarak Matahari-Saturnus (9,5 SA). Sebuah planet gas yang lebih besar dari Yupiter mengorbit lebih dekat ke bintang induk dengan periode orbit hanya 3,5 hari.

Selain "matahari majemuk", ada juga planet yang ditemukan di sistem bintang ganda. Contohnya, pada bintang ganda Gamma Cephei yang bintang utamanya bermassa 1,6 massa Matahari. Sebuah planet bermassa 1,76 massa Yupiter mengorbit pada jarak sejauh jarak Matahari-Mars (1,5 SA). Sedangkan bintang satunya yang lebih kecil berada pada jarak sejauh jarak Matahari-Uranus (19,2 SA).

Terunik

Penemuan planet dan "tata surya" lain akan kian deras pada masa depan seiring diluncurkannya berbagai jenis teleskop antariksa seperti Teleskop Kepler (diluncurkan pada tahun 2007) untuk mencari planet mirip Bumi. Teleskop Darwin pada tahun 2009 untuk mencari planet yang memiliki bentuk kehidupan. Teleskop Eddington pada tahun 2007 dan teleskop Terestrial Planet Finder (TPF) pada tahun 2010.

Penemuan berbagai "tata surya" menurut jenis bintang dan variannya, termasuk pada kondisi awal terbentuknya, makin memperlihatkan betapa beraneka ragamnya "warga" alam semesta. Penelahaan bagaimana mereka terbentuk membantu memahami sejarah Tata Surya kita. Pasalnya, dengan melihat posisi orbit planet gas raksasa justru mengarahkan Tata Surya kitalah yang terunik.

Taufiq Klub Astronomi Bondowoso



Sumber: Kompas

No comments: