Sunday, July 04, 2004

Harry Poter and The Prisoner Of Azkaban



Tadi siang aku baru saja nonton Harry Potter and The Prisoner of Azkaban di 21 Pamulang. Yup Harry Potter the boy who lived. Novel Harry Potter yang ditulis oleh JK. Rowling ini sudah sangat terkenal dan mulai melegenda. Novel terakhirnya yang merupakan novel ke-5, Harry Potter and The Order of Pheonix, sudah ditunggu kemunculannya oleh banyak orang di seluruh dunia. Harry Potter seorang anak yang sanggup bertahan hidup setelah bertemu Lord Voldemort, sang penyihir jahat. Bukan hanya itu, bahkan Lord Voldemort pun harus kehilangan raga dan kekuatannya ketika berusaha membunuh Harry dan hanya meninggalkan bekas luka di dahi sebelah kanan Harry. Ayah dan Ibunya tewas ketika melindungi Harry dari Lord Voldemort. Hal inilah yang membuat Harry menjadi sangat terkenal di dunia sihir. Tapi tidak ada seorangpun yang tahu kebenaran dibalik peristiwa itu, tidak Dumbledore, tidak juga Harry. Lord Voldemort belum mati, dia belum kalah, banyak pengikut setianya yang bersiap menunggu kembalinya sang Penyihir jahat untuk menguasai seluruh Dunia termasuk dunia muggle. Mereka selalu berusaha mencari cara agar Voldemort dapat kembali ke wujudnya dan membalaskan dendam kepada Harry. Dimulailah kisah petualangan di dunia sihir yang penuh misteri. Cepat atau lambat Harry akan berhadapan langsung dengan musuh bebuyutnnya.

Pada movie ketiganya kali ini, Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, seperti biasa Harry memulai petualangannya dari rumah Paman dan Bibinya. Bibi Harry adalah adik langsung dari ibunya, tetapi dia dan keluarganya tidak memiliki bakat menjadi penyihir dan mereka menganggap para penyihir adalah orang aneh yang kurang waras dan berbahaya. Begitulah, mereka tidak menyukai kehadiran Harry di rumah mereka. Mereka memperlakukan Harry seperti virus mematikan yang siap menulari mereka kapan saja. Hari itu Bibi Marge datang berkunjung, seperti yang lainnya di rumah itu, Bibi Marge juga membenci Harry, bukan karena dia penyihir, tetapi karena paman Vernon dan bibi Petunia mengatakan padanya bahwa harry adalah anak nakal yang disekolahkan di st Mungo, sekolah khusus anak2 nakal. Hari itu Bibi Margge tidak habis2nya menghina Harry, tidak hanya itu, dia juga menjelek2kan orang tua Harry. Hal itu membuat Harry berang dan dia menggunakan sihirnya untuk menggelembungkan Bibi Marge. Merasa telah melanggar Undang-undang kementrian sihir, Harry segera berkemas dan kabur dari rumah menuju Leaky Cauldron, sebuah penginapan sihir di Inggris. Disana dia bertemu kedua sahabatnya, Ronald Weasly dan Hermione.

Esok harinya, mereka berangkat ke Hogwats, sekolah para penyihir. Tapi di tengah perjalanan mereka dikejutkan oleh kehadiran Dementor yang sedang mencari tawanan penjara Azkaban, Sirius Black. Dementor adalah makhluk yang senang mengambil kenangan indah seseorang hingga orang tersebut hanya mengingat semua kenangan pahit dalam hidupnya. Demi keamanan, para Dementor berjaga di sekitar sekolah. Dalam film ini juga akan diungkap bagaimana sebenarnya Voldemort dapat menemukan kedua orang tua Harry. Dan siapakah Sirius Black? apakah dia pengikut setia Voldemort yang menginginkan balas dendam?

Sangat disayangkan, entah kenapa film ini bagi saya terasa hambar. Elemen of surprise dan suasana suram kurang terasa pada film ini. Mimik wajah para pemain utama pun tidak begitu menunjukkan perasaan tokoh yang mereka mainkan. Warewolf tidak digambarkan sebagus di film American Warewolf in Paris. Dan yang sangat tidak saya suka adalah penggambaran tokoh oleh JK Rowling, beliau selalu menggambarkan seorang tokoh dengan kata-kata seperti "parasnya seperti kodok", "bajunya compang-camping tidak terawat". Dan hampir semua hal yang kita lihat di film atau baca di novelnya seperti gambaran kota kuno yang kumuh. Jarang ada penyihir yang terlihat bersih, rapih dan modern atau setidaknya yang terlihat wajar. Tapi yang pasti menterjemahkan novel setebal itu ke dalam sebuah film berdurasi 2 jam bisa dibilang gagal. Berbeda ketika saya melihat trilogi Lord Of The Ring, penterjemahan novelnya begitu sempurna sehingga tidak terasa adanya bagian yang hilang. Tapi saya akui novelnya memang patut mendapat acungan jempol, selain kekurangan yang saya sebut diatas, pembaca dapat ikut terbawa ke alur cerita yang begitu halus, kuat, mencekam tetapi yang pasti mengasyikkan.

No comments: